Ku Kira Kau Takdirku
kicauan burung yang begitu sendu,
embun pagi dan semerbak wanginya yang semakin tercium, halunan nafas yang
begitu segar ketika dihirup. Hijau diselimuti rindangnya pepohonan sekolahku,
disinilah aku menemukan hal yang menganehkan bagiku, entah kapan aku
mengenalnya tak pernah ada kejelasan disana mungkin itu sebuah cinta, ah
lupakan saja ini ramai ditengah desaknya abu-abu.
“Rat, rajin amat perasaan dari tadi
aku perhatiin corat coret buku terus, kantin yuk ?“
suara
Ana yang membuyarkan lamunanku menerawang seseorang disana.
“Males ah! pagi-pagi udah jajan aja
bentar lagi juga pak Jaya datang”
“Kamu tidak mendengarkan kata si
Ucup, pak Jaya berhalangan hadir. Dari pada kamu corat coret tidak jelas gitu, mending
jajan yuk!” sahutnya lagi, memaksaku berdiri dan meninggalakan kelas.
Aku dan Ana beranjak menuju kantin,
berbagai makanan berjejeran disana semua warna ada, tidak tepat kalau ini
dinamakan sebuah kantin ini hanya pedagang biasa pembawa bakul atau abang-abang
dengan sepedahnya dengan cilok didalamnya yang berbaris tertib didepan pintu
sekolahku yang sederhana nan bergubug tua dan bukan berlantai kaca. Di gubug
ini lah aku berilmu, di sekolah ini juga terkadang orang-orang melihatnya
dengan sebelah mata, padahal disini terdapat banyak harta karun dan pangeran
yang kokoh dalam agama.
Harta
karun, ilmu yang tidak pernah sama dengan yang lain, banyak hal yang aku
lakukan disini, banyak cerita, banyak kenangan yang tak akan pernah aku
lupakan. Terutama dia pangeran yang kokoh dalam agama, setiap Duha aku selalu
melihatnya tepat di depan sana dengan tiga kawannya, setiap do’a aku selalu
panjatkan untuknya. Setiap aku melihatnya aku selalu tersenyum dan setiap
pramuka aku semakin dekat dengannya, mungkin aku hanya pengagum setianya yang
sampai saat ini aku tidak akan pernah bisa berkata cinta di depan Bayu Radika.
Hah, mendengar namanya saja aku begitu tenang, begitu damai dan begitu nyaman ketika
aku di dekatnya.
Entah
karena apa aku dekat dengannya setiap malam dia selalu kirim pesan, setiap
malam aku sering begadang hanya untuk tukar pikiran dengannya dari situlah aku
mulai mengaguminya, mengagumi kakak kelasku sendiri. Dia cukup pandai di kelas,
terbukti dia selalu jadi yang pertama dikelas dia selalu ikut dalam lomba
pramuka bersamaku, hal-hal yang tak kan pernah ku lupakan. Hati ini tidak
terlalu sanggup ketika dia tersenyum kearahku tampan sekali, tinggi, wajahnya
yg cerah merona seakan semua wanita mau jadi pacarnya, mungkin burung-burung
betina pun berkicau saat Bayu berteduh di sarangnya seraya mengakui
ketampanannya, ah lebay aku, Hehe. Tersentak aku meliatnya.
“Ekhemm,, Ratna, kak Bayu tuh “ Ana
menyikutku dengan tangan kirinya, sambil asik makan sambil berdiri. ( Tidak
untuk ditiru yah makan sambil berdiri ^_^ )
“Ah, apa an sih!” sautku ketus, dan
begitu malu-malu.
Aku
hanya bisa balik senyum saat wajah cerahnya menampakkan senyuman yang menawan,
entah apa yang aku rasakan saat itu, semakin hari aku semkin mengila semakin
aku merasa mungkiiin jatuh cinta tapi
ini hanya perasaan yang menganehkan bagiku dan pagi itu berlalu.
****
Gelap
menyapa, menampakan sinar kegelapannya. Angin dingin malam menerka, taburan
bintang-bintang menyala menemani hati yang entah bagaimana aku mengatakannya,
malam itu ku gelar sajadahku menadahkan tangan meminta berharap seseorang yang
jauh disana menjadi takdir hidupku, entah kenapa aku bisa berfikir seperti itu
padahal usiaku baru menginjak remaja, baru saja dua tahun mengenakan pakaian
abu-abu. Sadarku, aku baru kelas dua Aliyah.
“
Tret.. tret.. treeeeetttt.. “ getar suara HP berdering, yang biasanya asik
nangkring di meja belajarku.
Segera ku bergegas mendekatinya,
satu pesan belum dibaca tertulis disana. Langsung ku buka dan ternyata itu.
“ Jangan terburu-buru mengatakan
cinta, karena lebih baik cinta itu kau simpan dan kau berikan pada tuhanmu yang
setiap saat selalu mencintaimu dengan kasih sayangNYA.
Ex.
Bayu Radika ” begitulah dalam pesannya.
“ Hmm, kok ngebahas cinta, tumben?
Buat siapa pesannya kak? Buat pacarnya ya. Ayo ngaku ?”
“ Kakak kirim kesemua kok :D , weh anak
kecil tidak boleh pacal-pacalann ya :P “
Sekilas pesan itu begitu akrab
sampai kami pernah pakai panggilan sayang dengan sebutan “ Nenk, Abank” mungkin
aku yang terlalu bodoh, dia hanya menganggapku seorang adik tidak lebih dari
itu, tapi aku selalu berharap lebih darinya, dan bodohnya DIA. Aku yang selalu
jadi korbannya dan kenapa harus AKU ?, korban PHPnya (Pemberi Harapan Palsu).
Bahkan pernah suatu ketika saatku baru saja
menginjak semester dua di kelas dua, dia pernah mengirim pesan padaku dia
berjanji jika aku dapat peringkat pertama dikelas dia akan memberikan hadiah untukku
dia sengaja berkata seperti itu karena pembagian rapot nanti bertepatan dengan
hari ulang tahunku, tapi saat itu aku menolaknya dalam hatiku aku tidak
menginginkan hadiah apapun darinya aku hanya ingin selalu dekat dengannya itu
saja, itu jauh dari cukup untukku dan akhirnya benar saja waktupun melesat dengan
cepatnya seperti anak panah yang meluncur dengan gesitnya, aku menjadi juara
satu dikelas, dia menepati janjinya tidak memberikan apa-apa karena itu
keinginanku, entah aku salah apa atau bagaimana aku tidak mengerti dia hilang
begitu saja dikehidupanku, sejak kejadian itu semuanya berubah tak ada lagi
pesan, tidak ada lagi orang yang kutunggu ketika duha, tidak pernah aku
menemukan dia di masjid yang dulu tempat kita menunaikan duha. Aku sangat
merasa bersalah kenapa tidak aku mengiyakan saja hadiah darinya seharusnya aku
tidak berfikir aku akan dianggap matre atau apapun itu, toh dia yang mau bukan
aku yang minta, batinku memprotes menerawang jauh disana.
****
“Aaaaaakhh”
teriakku melepas beban, melepas kerinduan diatas bebatuan besar yang sesekali
diterjang ombak, dengan sapaan halus yang menyejukkan dan beberapa pelepah
pohon kelapa seraya melambai kesana kemari. Perasaan kecewa, sedih ingin
bertemu bahkan marah yang terasa meledak-ledak diujung ubun-ubunku, tiga tahun
aku mengenal, tiga tahun aku memendam sayang, tiga tahun aku menunggu, tiga
tahun ku simpan rapih dengan perasaan yang masih seperti dulu, hingga sekarang
baru saja aku pulang dari kampus untuk tes masuk Universitas dengan soal-soal
yang mendidihkan otakku dan baru saja aku ingin menikmati hidup duduk ditepi
pantai memandang burung-burung yang beralulalang diatasnya. Terdengar suara
kecil dan kemudian semakin membesar berbisik mendekatiku.
“
Ratna.. Rat.. Ratna... Ratna, kamu dimana?? “ Ana berteriak mencariku yang
kebetulan dia juga melaksanakan tes di Universitas yang sama dengan ku.
“
Aku disinii, cepat kemari pemandangannya indah bisa sedikit mengusir penat
karena soal-soal tadi ” Ujarku menoleh kebelakang memastikan Ana masih di
gubung bersama motor hitamnya yang sedikit memudar warnanya.
“
Ratnaaa.. kamu saja yang kesini, motorku tidak ada yang jaga, cepatlah kesini
ada berita penting. “ Suara Ana yang masih sibuk dengan HP nya.
Aku tetap diam ditempat tidak
menyaut sedikitpun fokus memandang senja yang mulai akan tenggelam, indah
sekali dengan warna khasnya cerah kemerahan.
“ Ratnaa.. ini tentang kak Bayu,
sini cepat ini penting kamu tidak mau dengar juga? “ Ujar Ana suaranya begitu
bulat terdengar.
Mendengar kata “ Bayu “ sejenak aku
terdiam, segera bangkit dan berlari menuju Ana sahabatku itu.
“ Kenapa dengan dia? “
“ Lihatlah ini “ menunjukan kearah HP
nya.
Aku baca sebaris kata bercetak tebal
disitu, rasanya aku tidak sanggup lagi meneruskan membacanya, selama tiga tahun
aku menunggu aku tidak pernah mendapat kabar darinya, aku kirim pesan tidak
pernah dia balas, aku tidak berani untuk menelfon dan ternyata inilah
jawabannya, jawaban atas semua do’a - do’a ku selama ini, aku salah menilaimu.
Padahal dulu dia tahu aku sangat mencintainya, aku ingat dulu dia suka sekali
dengan semua lagu-lagu Bondan Prakoso, apa yang dia suka aku pun menyukainya
karena dengan itu aku beranggapan dia juga bisa suka denganku, tapi
kenyataannya nihil, mungkin dicintai oleh sesosok Bayu hanya bisa nyata di mimpi
dan angan-anganku. Sampai suatu hari aku harus rela begadang sampai larut malam
hanya untuk mendownload lagu-lagunya Bondan, bahkan aku hafalin satu demi satu
bait demi bait, bukan karena aku suka lagu itu tapi hanya karena berlandaskan cinta aku melakukan hal sebodoh itu, aku
ingat sampai sekarang lagu kenangan kita yang berjudul “Sesal” yang dinyanyikan
oleh Bondan Prakoso, aku tidak akan pernah lupa, semakin aku melupakanmu
semakin itu pula aku gencar mencarimu, dan sekarang apa maksudmu hanya
mengundangku lewat tagg di facebook padahal kau tahu nomor telfonku, dari dulu
aku tidak pernah menggantinya karena aku selalu berharap kau akan datang untuk
melamarku, tapi kenyataan pahit malah menimpaku bukannya aku kau lamar tapi kau
akan menikah dengan wanita lain.
Tanpa
ku sadari setitik bening putih menetes deras dipipi terisak sendu aku tidak
bisa menerima kenyataan bahwa dia bukan takdirku segala penyesalan semua
terkuras dengan semakin derasnya butiran yang membasahi pipi hingga kedagu, ku
teriak ku lepaskan semuanya bahwa jodohku masih tersimpan rapih yang disediakan
untukku, aku percaya jodohku cermin dari diriku sendiri, seperti itulah aku
semakin memperbaiki diri begitupun dengan jodohku nanti.
senja
mulai malu terlipat dengan awan, sinar kemerahannya mulai memudar. Biarkan saja
penyesalan dan kekecewaanku ikut terlipat dalam senja dan memudar hingga pagi
datang kembali dengan perasaan penuh ikhlas, cerah biru dengan harapan yang
baru. Aku duduk dibelakang bersama Ana di depanku, mengendarai sang hitamnya
melaju menuju pulang.
Selesai ..
Banten, 27 September 2015
Karangan , Sumyati.
Bentuk , Fiksi.